Senin, 05 September 2011

Pengetahuan


Membuat orang mematung
Di dalam cerita silat The Legend of Condor Heroes, Master Yi Deng menggunakan ilmu totok titik akupunktur Yi Yang Zhi (satu jari Yang) untuk menyembuhkan luka dalam pada Oey Yong. Dari segi ilmu kedokteran tradisional Tiongkok, dimanakah letak prinsipnya?

Lin Chaoxiong menjelaskan:
Di dalam cerita silat memang ada unsur fiksinya, namun pengobatan metode menotok titik akupunktur memang berasal dari ilmu menotok titik akupunktur dalam Wushu (silat), memang dapat menyelamatkan manusia dari penyakit dengan melancarkan aliran Meridian.

Dokter akan memeriksa keadaan penyakit dan tubuh si pasien, lalu merangsang titik akupunktur atau kelenjar tertentu dengan tangannya, menotok, memijat, menekan sambil memutar, mengetuk untuk merangsangnya, agar berefek pada pembuluh darah dan Meridian, mempercepat aliran Qi dan darah di dalam tubuh, sehingga memperlancar peredaran Qi dan darah. Sementara Qi tidak baik akan dikeluarkan melalui keringat, air seni, buang air besar dan lainnya. Akhirnya tercapai hasil memperkuat yang baik dan menyingkirkan yang buruk.

Lin Chaoxiong menyatakan, pengobatan menotok titik akupunktur pusat kekuatan terletak pada jari tangan, pada saat menotok dengan jari harus tepat sasaran dan kuat. Pada saat memusatkan seluruh tenaganya pada jarinya, kekuatan di jari itu dapat mencapai 60 kg. Tentunya selain untuk tujuan beladiri atau pengobatan penyakit yang spesifik, umumnya tenaga yang digunakan hanya beberapa persennya saja.

Di dalam cerita silat, jago kungfu dapat mengeluarkan tenaga besar untuk menutup titik akupunktur seseorang, membuat orang tersebut ‘mematung’ tak dapat bergerak beberapa jam lamanya. Apakah itu mungkin?

Lin Chaoxiong mengatakan, menotok titik akupunktur memang dapat menyumbat aliran Meridian. Jika satu titik akupunktur berhasil ditotok, agar Qi dan darah tidak dapat mengalir, bagi yang ringan maka di bagian tersebut akan terasa mati rasa, kesemutan, bagi yang berat maka akan terasa kaku, keras, menotok titik akupunktur dapat membuat seseorang tidak dapat bergerak selama berjam – jam bukanlah bualan.

“Seperti titik ‘Ren Ying’ yang saya totok tadi, ini adalah jalur yang mengendalikan aliran darah ke otak besar manusia, jika tenaga yang dikerahkan terlalu besar, mungkin akan dapat menewaskan seseorang. Inilah efek mematikan dari ilmu menotok titik akupunktur itu.”

Li Youfu menjelaskan, dari sekian banyak pendekar silat yang dikenalnya, ada beberapa yang memang menguasai ilmu totok yang mematikan. Faktanya, guru Li Youfu sendiri yakni Chen Jisheng adalah seorang ahli menotok titik akupunktur tersohor di seluruh Tiongkok.

“Guru Chen hendak mewariskan ilmu menotok titik akupunktur yang sangat rahasia itu kepada saya, dengan sekali totok dapat mematikan seseorang, suatu ilmu yang sangat luar biasa.”

Namun Li Youfu justru tidak mempelajarinya, “Saya katakan pada guru bahwa saya tidak ingin mempelajarinya, waktu itu guru sangat terkejut, begitu banyak orang dengan berbagai upaya memohon beliau agar ber-sedia mengajarkan ilmu tersebut namun tidak diajarkannya.

Saya katakan pada beliau bahwa yang ingin saya pelajari adalah ilmu yang dapat menolong jiwa manusia, dan bukanlah ilmu yang dapat membunuh manusia, oleh karena itulah maka guru pun mengajarkan ilmu menetralisir (membebaskan) titik akupunktur tingkat tinggi kepada saya.”

Ada unsur kungfu luar dan dalam
“Berlatih ilmu menotok titik akupunktur sangat susah payah.”, begitu penjelasan Li Youfu, “Kungfu luar pada menotok titik akupunktur ini terutama adalah tergantung pada tenaga keras. Pada saat berlatih, awalnya harus berlatih push up, mula-mula dengan 10 jari, perlahan – lahan dikurangi menjadi 4 jari, hingga akhirnya setelah dapat melakukan dengan 2 jari, daya kekuatan di jari sudah sangat kuat.”

Seiring dengan semakin kuatnya kungfu luar, guru akan mengajarkan cara mengalirkan Qi, hingga akhirnya berhasil melatih ilmu tenaga dalam.

“Pada saat itu hanya dengan sentuhan ringan, orang yang ditotok titik akupunkturnya mungkin tidak akan merasakan sesuatu yang berarti, tapi lama kelamaan masalah akan timbul, kadang kala akan terasa otot kaku, kadang seperti terkena penyakit berat, ada yang bahkan meninggal sebulan kemudian.”

Karena ilmu menotok titik akupunktur begitu berbahaya, maka para guru sangat berhati-hati dalam memilih murid. Namun ada juga orang yang memanfaatkannya untuk melakukan bermacam-macam kejahatan.

Dosen Li pernah mengenal seorang ahli menotok titik akupunktur, karena duel mengadu kekuatan memperebutkan nama, atau alasan lainnya, lalu mencelakai orang lain dengan cara itu, “Akan tetapi di kemudian hari ahli tersebut pun mengidap penyakit berat, dan akhirnya meninggal dunia.”

Li berpendapat bahwa ini adalah suatu pantangan langit, “Mungkin itulah semacam ganjaran, sebab keahlian tersebut tidak boleh disalah gunakan seperti itu.” (Ji Da/New Epoch Weekly/lie)












Pada masa lampau seni bela diri Taekwondo dikenal dengan sebutan “Subak”, “Taekkyon”, “Takkyon” maupun beberapa nama lainnya. Pada awal sejarah Semenanjung Korea, ada tiga suku bangsa atau kerajaan yang mempertunjukkan kontes bela diri sebagai bentuk persaingan satu sama lainnya. Ketiga kerajaan ini adalah Koguryo, Paekje, dan Silla. Semuanya melatih para ksatria, yang tergabung dalam kekuatan militer. Menurut catatan, kelompok ksatria muda yang terorganisir seperti Hwarangdo di Silla dan Chouisonin di Koguryo, menjadikan latihan bela diri sebagai salah satu subjek penting yang harus dipelajari.

Pada masa korea modern, saat Dinasti Chosun (Yi) berkuasa pada tahun 1392 sampai 1910 dan pada zaman penjajahan Jepang sampai tahun 1945, Subakhui dan Taekkyon (sebutan untuk Taekwondo pada masa itu) mengalami kemunduran dan tidak mendapat dukungan dari pemerintah yang memodernisasi tentaranya dengan senjata api. Dinasti Yi yang didirikan berdasarkan ideologi Konfusius, lebih mementingkan kegiatan kebudayaan daripada seni bela diri. Kemudian pada saat Raja Jungjo memerintah setelah invasi Jepang pada tahun 1952, pemerintah kerajaan membangun kembali pertahanan yang kuat dengan memperkuat latihan ketentaraan dan praktek seni bela diri.

Seiring dengan kemerdekaan Korea dari penjajahan Jepang, konsep baru tentang kebudayaan dan tradisi mulai bangkit. Banyak para ahli bela diri mendirikan perguruan bela diri. Dengan meningkatnya populasi dan hubungan kerja sama yang baik antar hubungan bela diri akhirnya diputuskan menyatukan berbagai nama seni bela diri mereka dengan sebutan Taekwondo pada tahun 1954.

Pada tahun 1972, Kuk Ki Won didirikan sebagai markas besar Taekwondo, hal ini menjadi penting bagi perkembangan Taekwondo ke seluruh dunia. Kejuaraan dunia Taekwondo yang pertama diadakan pada tahun 1973 di Kuk Ki Won, Seoul, Korea Selatan. Sampai saat ini kejuaraan dunia rutin dilaksanakan setiap 2 tahun sekali.

Pada 28 Mei 1973, The World Taekwondo Federation (WTF) didirikan, dan sekarang telah mempunyai lebih dari 160 negara anggota. Saat ini Taekwondo telah dipraktekkan oleh lebih dari 40 juta orang di seluruh penjuru dunia, angka ini masih terus bertambah seiring perkembangan Taekwondo yang makin maju dan populer.

















Anda yang pernah belajar bela diri tentulah tidak asing lagi dengan titik-titik lemah di tubuh manusia. Titik-titik lemah ini bertebaran di tubuh manusia, dari ujung rambut hingga ujung kaki.

Di antara titik lemah ini terdapat dua macam titik lagi, yakni titik khusus dan titik fatal.

Titik khusus ialah titik lemah yang merupakan titik syaraf, titik pembuluh darah, atau titik lemah suatu organ tertentu di dalam tubuh manusia yang hanya bisa diserang dengan teknik khusus. Misalnya titik pembuluh darah jantung yang diserang dengan totokan jari oleh aliran Dim Hsueh atau titik syaraf di bawah telinga yang diserang dengan satu jari oleh aliran Dim Ching (Ninjutsu). Titik khusus bila diserang dengan tepat umumnya berakibat kematian bagi si korban.

Sedangkan titik fatal ialah titik-titik lemah yang rentan berakibat fatal atau cedera bila diserang/dipukul. Tidak peduli lawan bagaimanapun besar dan beratnya pasti akan kesakitan bila terkena serangan di titik-titik ini. Serangan dengan tepat berakibat rasa sakit yang sangat atau cedera walaupun tidak mengakibatkan kematian. Titik-titik inilah yang akan kita bahas di dalam artikel ini.

Titik-titik dimaksud ialah mata, telinga, hidung, dagu, leher, ulu hati, dan organ vital.

Sebaiknya Anda menyerang titik-titik fatal ini hanya dalam keadaan tidak punya pilihan lain atau terpaksa. Hal ini karena berakibat cedera serius bagi lawan. Misalnya saja serangan pada mata mengakibatkan kebutaan. Anda tentu tidak mau menghadapi tuntutan hukum yang berat akibat membutakan orang lain. Kecuali Anda hendak dibunuh oleh pembunuh berdarah dingin, misalnya, baru tindakan ini dapat diterima.

Demikianlah titik-titik fatal yang ada di tubuh manusia. Sekali lagi saya mengingatkan hanya untuk keadaan terpaksa atau darurat. Ingatlah bahwa Anda selalu menghadapi konsekuensi hukum di dalam setiap tindakan pembelaan diri.

















Tendangan Melayang (Flying Kick) ialah tendangan yang dilakukan dalam keadaan kedua kaki tidak menyentuh tanah. Atau lebih mudahnya tendangan yang dilakukan sambil melompat. Kaki penendang bisa satu kaki sedangkan kaki lainnya menggantung/melipat, bisa pula kedua kaki tersebut menendang bersamaan.

Tendangan Melayang merupakan tendangan yang berbahaya, karena biasanya sangat cepat dan tepat. Tenaga yang dihasilkan juga besar. Sasarannya biasanya kepala, leher, dada, dan kadang-kadang ulu hati.

Untuk mengatasi tendangan melayang, kita perlu mengetahui jenis tendangan melayang tersebut terlebih dahulu.

Ada dua jenis tendangan melayang, tendangan melayang lurus dan tendangan melayang melingkar. Tendangan melayang lurus ialah tendangan di mana kaki penendang menendang lurus ke arah lawan, sedangkan tendangan melayang melingkar ialah tendangan di mana kaki penendang membuat lingkaran sebelum mengenai lawan.

Contoh tendangan melayang lurus ialah Mawashi Geri (Karate) dan Tobi Geri (Kempo). Sedangkan contoh tendangan melayang melingkar adalah Tendangan Ekor Naga (Jeet Kune Do) dan Tendangan Kuku Garuda III (Ju Jitsu). Namun di dalam praktiknya lebih banyak tendangan melayang lurus daripada tendangan melayang melingkar.

Begitu Anda melihat lawan menampakkan gejala tendangan melayang lurus, melompatlah dengan ringan ke samping untuk menghindari tendangannya. Bila Anda tak sempat melompat, melangkahlah selangkah ke samping sambil mencondongkan badan supaya jangan terkena tendangan. Begitu kaki lawan mendarat di tanah, balas serangannya dengan tendangan atau pukulan.

Bila Anda melihat lawan menampakkan gejala tendangan melayang melingkar, melompatlah ke belakang atau melangkahlah selangkah ke belakang sambil mencondongkan badan untuk menghindar. Begitu lawan mendarat di tanah, Anda maju dan balas menyerang dengan tendangan atau pukulan. Anda bisa juga membalasnya dengan menggunakan teknik tendangan melayang lurus, bila Anda menguasainya.

Demikianlah cara untuk mengatasi serangan tendangan melayang. Mudah-mudahan ada gunanya bagi para pecinta bela diri.













Kekuatan merupakan salah satu komponen penting bagi seorang praktisi bela diri, selain kematangan teknik dan kecepatan. Sebagaimana telah kita bahas di dalam artikel sebelumnya, kekuatan memiliki dua pengertian. Yakni sebagai tenaga dan sebagai stamina.

Bagi seorang praktisi bela diri, stamina dan tenaga sama pentingnya. Walaupun demikian, ada porsi yang berbeda untuk pertandingan dan perkelahian sebenarnya.

Di dalam pertandingan, perbandingan tenaga dan stamina adalah 40 : 60. Mengapa stamina lebih banyak porsinya? Karena di dalam pertandingan lebih diperlukan daya tahan tubuh dibandingkan tenaga. Atlet mesti bertahan sampai jangka waktu yang ditentukan. Sedangkan tenaga hanya diperlukan 40% supaya teknik kita berhasil dan memperoleh angka secara sah. Umpamanya kita tidak perlu keras sekali memukul lawan. Kita cukup memukulnya dengan tenaga yang sedang, asalkan pukulan kita masuk dan mengenai tubuhnya secara sah untuk memperoleh angka. Pukulan yang keras memang betul bisa menyebabkan kita menang KO, namun pengalaman bertanding membuktikan hal ini jarang terjadi. Jika pukulan Anda justru mengenai anggota tubuh lawan yang terlarang dan dia KO, Anda malah akan di-diskualifikasi oleh wasit dan dinyatakan kalah.

Sebaliknya terjadi di dalam perkelahian sebenarnya. Perbandingan tenaga dan stamina adalah 70 : 30. Mengapa tenaga sangat mendominasi di sini? Karena pertarungan sebenarnya memakan waktu yang sangat singkat. Anda yang punya pengalaman berkelahi tentulah tahu bahwa rata-rata durasi perkelahian itu memakan waktu hanya 1 menit, bahkan kurang. Tidak seperti di film-film yang kadang-kadang sampai 30 menit. Oleh karena itu, di sini kita lebih memerlukan tenaga yang besar untuk secepatnya melumpuhkan lawan daripada stamina untuk bertarung berlama-lama. Di dalam perkelahian sebenarnya berlaku hukum siapa yang cepat dan kuat akan memenangkan pertarungan dan bertahan hidup.

Demikianlah pentingnya kekuatan bagi seorang praktisi bela diri.


















Kekuatan memiliki dua pengertian. Pertama, kekuatan sebagai tenaga (power). Kedua, kekuatan sebagai stamina (endurance).

Yang dimaksud dengan tenaga adalah kekuatan yang kita lepaskan seketika saat kita melakukan suatu teknik. Misalnya saat kita memukulkan godam (palu besar) untuk memecahkan batu besar. Atau ketika kita menendang bola. Kekuatan semacam inilah yang disebut dengan tenaga.

Sedangkan stamina adalah daya tahan tubuh untuk mengeluarkan tenaga terus-menerus di dalam suatu kegiatan untuk jangka waktu tertentu. Misalnya daya tahan tubuh kita untuk berlari 30 menit tanpa berhenti. Atau daya tahan tubuh Anda untuk terus berenang di air. Kekuatan semacam inilah yang disebut dengan stamina. Semakin lama Anda bisa bertahan melakukan kegiatan olahraga tanpa beristirahat, semakin tinggi nilai stamina Anda.

Demikianlah dua pengertian kekuatan. Saya akan menjelaskan pentingnya kekuatan bagi seorang praktisi bela diri di dalam artikel saya selanjutnya.









Kecepatan merupakan salah satu komponen penting bagi praktisi bela diri selain kematangan teknik dan kekuatan. Kecepatan menurut pendapat saya menempati urutan kedua setelah kematangan teknik, kemudian urutan terakhir ditempati oleh kekuatan.

Siapa yang mengaku dirinya seorang praktisi bela diri tentulah tahu betapa pentingnya kecepatan. Di dalam pertandingan, bila gerakan Anda lebih lamban daripada gerakan lawan, Anda jelas akan kalah dan menjadi bulan-bulanan lawan. Di dalam perkelahian sebenarnya, siapa yang lebih cepat akan memenangkan pertarungan dan bertahan hidup. Sedangkan yang lambat akan kalah dan mungkin kehilangan hidupnya.

Tidak ada tips yang khusus untuk meningkatkan kecepatan. Berlatihlah dengan rajin dan teratur, maka kecepatan Anda akan meningkat dari waktu ke waktu.

Demikianlah arti penting kecepatan bagi seorang praktisi bela diri.








Pertarungan satu lawan satu tangan kosong merupakan bentuk pertarungan paling mudah dan paling sederhana. Inilah dasar awal dari bela diri manapun. Namun tidak berarti ini tidak memerlukan taktik dan pemahaman yang baik.

Berdasarkan besar tubuhnya, lawan bisa dibagi dua jenis. Jenis Pertama, berbadan besar. Jenis kedua, berbadan kecil.

Bagaimana Mengalahkan Jenis Pertama:

Kecepatan dan kelincahan diperlukan untuk mengalahkan lawan semacam ini. Luncurkan berbagai teknik pukulan dan tendangan ke titik-titik fatal di tubuh lawan. Dianjurkan supaya Anda bergerak dengan menggunakan kuda-kuda ringan. Bila harus, Anda bisa berlari-lari kecil. Jangan mendekat dan hindari penggunaan teknik bantingan dan/atau kuncian. Dengan teknik tersebut sulit mengalahkan lawan.

Bagaimana Mengalahkan Jenis Kedua:

Ini kebalikan dari Jenis Pertama, lawan berbadan kecil. Anda harus mendekat untuk menang. Batasi ruang geraknya. Sebaiknya menggunakan teknik bantingan, kuncian, atau patahan. Bergeraklah dengan kuda-kuda berat. Hindari gerakan yang tidak perlu.

Tampaknya mudah bila lawan tidak belajar bela diri. Sekarang, bagaimana kita mengalahkan lawan yang terlatih?

Pertama, Anda harus mengidentifikasi jenis bela dirinya terlebih dahulu. Jenis rapat atau renggang? Anda mengetahuinya dulu (Untuk mengidentifikasi jenis bela diri, silakan baca artikel dahulu: Dua Kategori Ilmu Bela Diri).

Kedua, gunakan kebalikan prinsip bela diri lawan. Bila ia tergolong bela diri rapat, lawanlah dengan bela diri renggang (atau sama seperti mengalahkan Jenis Pertama). Bila ia tergolong bela diri renggang, lawanlah dengan bela diri rapat (atau sama seperti mengalahkan Jenis Kedua).

Di atas merupakan penjelasan siasat pertarungan satu lawan satu tangan kosong. Saya akan menjelaskan bagaimana melawan musuh banyak tak bersenjata di artikel saya berikutnya.